Semakin hari, semakin banyak orang menyadari pentingnya hidup sehat.
Polusi, cemaran limbah pabrik yang merusak lingkungan, pestisida dalam produk pertanian hingga rekayasa genetika menjadi momok yang mengerikan bagi manusia yang mempedulikan kesehatan diri dan orang-orang yang dicintainya.
Belum lagi dalam pengolahan produk pangan yang marak dengan penambahan bahan-bahan sintetis untuk panambah rasa, pewarna, pengawet, pengenyal, pengempuk, perenyah, pemutih dan masih banyak lainnya.
Jika kita pikirkan, maka ada banyak sekali rangkaian kejahatan yang siap membunuh generasi manusia lewat rantai proses penyediaan pangan ini.
Di negara-negara maju, slogan back to nature dan go organic sudah lama mewabah. Di Indonesia sendiri gaungnya sudah dimulai sejak sepuluh hingga lima belasan tahun yang lalu. Akan tetapi kecenderungan kembali ke alam dan menuju pangan organik ini tidak serta merta diikuti dengan gerakan perubahan yang cukup signifikan. Terutama dari pihak pemerintah sebagai pengendali mutu pangan di Indonesia, peran serta pemerintah terlihat kurang aktif.
Peluang ini sebetulnya sudah banyak dilirik oleh para pebisnis. Hanya saja penikmat produk alami dan organik ini masih dari kalangan tertentu saja. Bukan hanya karena produk organik lebih mahal dari produk umumnya. Tetapi juga karena tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat umumnya masih rendah.
Sementara di bidang pangan olahan, masih dikuasai produk-produk dengan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Monosodium glutamat, yang selama ini gencar dituding sebagai pemicu kanker masih mendominasi dihampir semua produk pangan yang bercitarasa asin dan gurih.
Pemanis buatan, pewarna dan pengawet mendominasi produk-produk bercitarasa manis. Belum lagi produk sintetis lainnya yang telah disebutkan diatas.
Bahkan akhir-akhir ini gencar diberitakan bahwa perisa (perasa sintetis) yang menyuguhkan rasa atau aroma berry (Strawberry, rashberry bahkan vanila) diketahui dibuat dari bagian tubuh berang-berang Amerika yang berada di seputar anus mereka. Bisa dibayangkan bukan betapa jahatnya penetrasi industri pangan olahan ini dalam rangka pemusnahan, atau paling tidak penurunan kualitas umat manusia?
Belum lagi produk-produk tidak halal yang harus dihindari umat Islam, yakni produk turunan dari babi yang rupanya merangsek dasyat ke dalam segala lini industri farmasi. Sehingga si babi ini leluasa menintervensi semua produk pangan, kosmetik dan obat-obatan yang dikonsumsi manusia. Naudzubillah.
Sungguh makanan yang terbaik adalah makanan yang diperoleh dari alam yang terjaga. dan sebaik-baiknya makanan olahan adalah makanan yang didapat dari bahan-bahan segar, halal dan sehat yang dimasak oleh koki rumahan alias ibu.
Dan sungguh, sebetulnya setiap orang berhak mendapatkan informasi tentang produk pangan yang dibelinya. Agar setiap orang bisa memilih produk terbaik sesuai kebutuhannya.
Pemerintah seharusnya berperan lebih aktif untuk mensosialisaikan produk-produk pertanian sehat dan produk makanan olahan yang sehat dan halal baik kepada produsen maupun konsumen.
Dan satu lagi, pemerintah pula seharusnya yang terus mengupayakan peningkatan mutu pangan rakyatnya dari semua kalangan dengan cara yang terjangkau. Karena memilih produk yang alami, halal dan sehat adalah hak semua orang
Semoga meninspirasi
Polusi, cemaran limbah pabrik yang merusak lingkungan, pestisida dalam produk pertanian hingga rekayasa genetika menjadi momok yang mengerikan bagi manusia yang mempedulikan kesehatan diri dan orang-orang yang dicintainya.
Belum lagi dalam pengolahan produk pangan yang marak dengan penambahan bahan-bahan sintetis untuk panambah rasa, pewarna, pengawet, pengenyal, pengempuk, perenyah, pemutih dan masih banyak lainnya.
Jika kita pikirkan, maka ada banyak sekali rangkaian kejahatan yang siap membunuh generasi manusia lewat rantai proses penyediaan pangan ini.
Di negara-negara maju, slogan back to nature dan go organic sudah lama mewabah. Di Indonesia sendiri gaungnya sudah dimulai sejak sepuluh hingga lima belasan tahun yang lalu. Akan tetapi kecenderungan kembali ke alam dan menuju pangan organik ini tidak serta merta diikuti dengan gerakan perubahan yang cukup signifikan. Terutama dari pihak pemerintah sebagai pengendali mutu pangan di Indonesia, peran serta pemerintah terlihat kurang aktif.
Peluang ini sebetulnya sudah banyak dilirik oleh para pebisnis. Hanya saja penikmat produk alami dan organik ini masih dari kalangan tertentu saja. Bukan hanya karena produk organik lebih mahal dari produk umumnya. Tetapi juga karena tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat umumnya masih rendah.
Sementara di bidang pangan olahan, masih dikuasai produk-produk dengan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Monosodium glutamat, yang selama ini gencar dituding sebagai pemicu kanker masih mendominasi dihampir semua produk pangan yang bercitarasa asin dan gurih.
Pemanis buatan, pewarna dan pengawet mendominasi produk-produk bercitarasa manis. Belum lagi produk sintetis lainnya yang telah disebutkan diatas.
Bahkan akhir-akhir ini gencar diberitakan bahwa perisa (perasa sintetis) yang menyuguhkan rasa atau aroma berry (Strawberry, rashberry bahkan vanila) diketahui dibuat dari bagian tubuh berang-berang Amerika yang berada di seputar anus mereka. Bisa dibayangkan bukan betapa jahatnya penetrasi industri pangan olahan ini dalam rangka pemusnahan, atau paling tidak penurunan kualitas umat manusia?
Belum lagi produk-produk tidak halal yang harus dihindari umat Islam, yakni produk turunan dari babi yang rupanya merangsek dasyat ke dalam segala lini industri farmasi. Sehingga si babi ini leluasa menintervensi semua produk pangan, kosmetik dan obat-obatan yang dikonsumsi manusia. Naudzubillah.
Sungguh makanan yang terbaik adalah makanan yang diperoleh dari alam yang terjaga. dan sebaik-baiknya makanan olahan adalah makanan yang didapat dari bahan-bahan segar, halal dan sehat yang dimasak oleh koki rumahan alias ibu.
Dan sungguh, sebetulnya setiap orang berhak mendapatkan informasi tentang produk pangan yang dibelinya. Agar setiap orang bisa memilih produk terbaik sesuai kebutuhannya.
Pemerintah seharusnya berperan lebih aktif untuk mensosialisaikan produk-produk pertanian sehat dan produk makanan olahan yang sehat dan halal baik kepada produsen maupun konsumen.
Dan satu lagi, pemerintah pula seharusnya yang terus mengupayakan peningkatan mutu pangan rakyatnya dari semua kalangan dengan cara yang terjangkau. Karena memilih produk yang alami, halal dan sehat adalah hak semua orang
Semoga meninspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar