Rabu, 25 Maret 2015

Hanyut Dalam Pusaran Pelangi Rasa Memoar Aisha Pisarzewska

Sebagai manusia, seringkali kita tak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, dan menginginkan apa yang belum kita miliki. Sebuah rasa yang manusiawi, saat memandang rumput di halaman tetangga seolah lebih hijau dari rumput di halaman sendiri.

Istilah diatas mungkin menggambarkan banyaknya impian gadis-gadis Indonesia yang menginginkan menikah dengan pemuda-pemuda dari benua biru yang nampak memesona, tanpa tahu konsekuensi yang harus dihadapinya. Hidup di negara dengan empat musim dan ada saat musim yang sangat ekstrim seperti musim panas yang menyengat dan musim dingin yang meremukkan tulang belulang.

Tapi siapakah yang mampu menolak garis takdir yang ditentukan Allah Yang Maha Kuasa, saat seseorang harus melangkah jauh meninggalkan batas-batas tanah air tercinta, menjemput takdir sebagai seorang isteri dari seorang lelaki mualaf di negeri Sang Paulus, Polandia, yang juga menjadikannya kaum minoritas di tengah-tengah masyarakat yang berbeda keyakinan?