Sabtu, 22 Maret 2014

Muslimah-Muslimah Yang Menginspirasi

Sebagai Muslimah sewajarnya kita menjadikan syariah sebagai dasar dari segala aktifitas kehidupan kita. Mengikuti keyakinan, bahwa tugas termulia seorang wanita adalah mengabdi pada suami dan mendidik putera-puterinya, banyak muslimah yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk total menjadi isteri dan ibu.

Sebuah tugas yang cukup berat, mengingat banyak orang yang berpikir bahwa menjadi isteri dan ibu bukanlah pekerjaan, dan masih sering tidak dihargai. Sementara kenyataannya, menjadi isteri dan ibu berarti siap dua puluh empat jam dibebani pekerjaan rumah tangga yang seakan tiada habisnya. Semoga banyak orang yang menyadari  bahwa tugas dan kedudukan seorang ibu itu sangat mulia.


Namun sudah menjadi sunnatullah, bahwa ada sebagian muslimah yang memiliki passion pada pekerjaan dan aktivitas tertentu. Untuk mereka ini kita tentu tak bisa menunjuk bahwa mereka ini tidak berusaha menjadi isteri dan ibu yang baik. Asalkan bidang yang dipilih  memang dibutuhkan masyarakat, dia tetap bisa menjaga diri agar tetap berpegang teguh pada aturan  syariah, dan kehadirannya justeru melengkapi beragamnya kebutuhan manusia untuk melengkapi kehidupan yang semakin kompleks ini, maka menurut saya itu boleh-boleh saja.

Salah satu yang menurut saya tak terelakkan di jaman modern ini, adalah kebutuhan entertainment atau hiburan. Sebagian besar muslim yang sangat berhati-hati, mungkin akan mencoret entertaintment dari daftar kebutuhan mereka, karena keinginan untuk mengisi waktu hanya dengan hal-hal yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Alasan lain juga karena hampir semua isi hiburan di berbagai media terutama televisi, lebih banyak membuat manusia jadi pemalas  dan mengajarkan pelanggaran-pelanggaran syariat melalui gaya hidup serba hedonis dan permisif.

Bagi orang tertentu, alasan kedua ini justeru menjadi peluang. Mereka melihat celah kebutuhan manusia yang tak mungkin diabaikan begitu saja, dan mampu mengisinya dengan muatan yang positif.

Sungguh menyenangkan melihat muslimah yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarga, tetapi juga sangat menginspirasi ketika melihat muslimah-muslimah yang  mampu berkiprah di luar rumah dalam areal-areal yang nampaknya selama ini menjadi impossible areas bagi muslimah. Seperti dunaia entertainment misalnya.

Adalah Oki Setiana Dewi, seorang muslimah yang mengawali hidupnya dari menjadi model catwalk. Ketika hidup di Batam sudah memberinya banyak hasil dari perjuangan gigihnya sejak kecil, Oki menginginkan sesuatu yang lebih. Dia ingin jadi artis terkenal. Maka hijrahlah Oki ke Jakarta untuk mengejar cita-citanya.
Tak kurang -kurang pengorbanannya untuk meraih impiannya. Ditinggalkannya karirnya sebagai juri termuda Se- Batam untuk berbagai ajang lomba model-modelan, karena Oki sudah dilarang mengikuti berbagai kontes, sebab bisa dipastikan Oki-lah yang bakal memenangi setiap lomba (setelah bertahun-tahun sebelumnya Oki selalu kalah dan tak mau menyerah untuk terus belajar dari para pemenang). Ditinggalkannya kenyaman hidup di tengah keluarga tercinta, ditinggalkannya semua prestasi cemerlangnya di sekolah dan di kalangan model dan agensi.

Pada usia enam belas tahun, Oki hijrah ke Jakarta. Tinggal sendiri di rumah kos, jauh dari orang tua. Kembali ke titik nol. Menjadi bukan siapa-siapa lagi. Lalu Oki berjuang mengikuti casting demi casting yang semua berakhir dengan penolakan.

Saat ujian datang, dengan sakit kerasnya sang ibu, Oki yang beruntung menemukan lingkungan orang-orang yang membuatnya melihat bagaimana Islam diterapkan dalam keseharian,  baik lingkungan sekoah SMU-nya maupun lingkungan kuliahnya, membuat keputusan yang merubah total hidupnya. Oki memilih berhijab  dan mulai menjadikan syariah sebagai dasar hidupnya.

Saat keputusan telah dibuat, datanglah ujian. Para produser yang dulu menolaknya satu persatu datang menawarkan peran di dunia hiburan untuknya. Padahal saat itu Oki sudah mulai istiqomah berhijab dan memperdalam Islam. Oki juga sudah memutuskan untuk melupakan keinginannya menjadi artis dan putar haluan dengan ingin menjadi guru. Sebuah pilihan mulia yang berlandaskan keinginan untuk mendedikasikan hidupnya untuk memberi manfaat bagi orang lain.

Oki menolak tawaran kembali ke  dunia entertainment karena syaratnya dia harus melepas hijabnya. Oki sudah memilih, dan dia memilih tetap menggenggam erat syariah, meski harus kehilangan semua gemerlap dunia yang selama ini sangat diimpikannya.

Qadarullah membawa Oki menjadi artis terpilih untuk memerankan Anna Althafun Nisa dalam filem layar lebar Ketika Cinta Bertasbih. Sejak saat itu berbagai prestasi dan tawaran main filem terus mengalir pada Oki. Semua keinginannya yang dia tinggalkan untuk  total mentaati Allah, dibayar lunas oleh Allah lewat cara yang lebih indah dan tanpa meninggalkan aturan syariah yang diyakininya.



Bahkan kini Oki menjadi ikon. Ketaatannya dalam berhijab syar'i menginspirasi banyak orang. Kehadiranya di dunia entertainment menjadi oase bagi hausnya mereka yang merindukan edukasi dan kesantunan dalam hiburan.
Kehadiran muslimah-muslimah berprestasi yang teguh memegang syariah ini, memberikan benang merah bagi kehidupan muslimah yang memilih total di rumah dan cenderung tertutup, dengan mereka yang aktif diluar rumah sehingga 'terpaksa' meninggalkan syariah.

Oki dan beberapa kawan-kawan artisnya yang saat ini bergabung dalam ODOJ-er (One day One Juz), memberikan atmosfir positif yang mewarnai dunia hiburan di Indonesia. Bahwa menjadi artis bisa dilakukan dengan tanpa meninggalkan syariah. Bahwa menjadi artis itu tak selalu identik dengan hura-hura, pemborosan uang, waktu, ataupun narkoba dan kebebasan hidup tanpa arah.  Oki telah menginspirasi kita bahwa, apapun pilihan profesi kita, hendaklah kita tetap memegang teguh syariah dan mampu mewarnai lingkungan kita dengan  kebaikan dan nilai-nilai kebajikan Islam yang universal. Bukan malah terwarnai dan terseret arus negatif.

Semua itu akan mampu terwujud jika kita sebagai muslimah mau:
- Memahami syariah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
- Memilih lingkungan yang menguatkan iman
- Berteman boleh dengan semua kalangan, tetapi bersahabatlah dengan mereka yang mengkuatkan imanmu.
- Fokus dengan tujuan kebaikan kita dan tak berputus asa dalam meraihnya.
- Berprestasi  agar mampu memberi bagi orang lain
- Semua hanya karena Allah Subhanahu wa Taala
Menjadi Muslimah yang menginspirasi tidaklah mudah, tapi kita tak akan pernah menjadi apa-apa bila menyerah pada setiap kesulitan


Wanita Itu

Suatu pagi aku melihatnya melintas jalan, saat kujalankan perlahan  mobil kesayanganku . Entah mengapa aku merasa mengenal wajahnya. Di mana? dimana pertama bertemu?

Lalu kuingat saat-saat sulit itu, ketika aku tak mampu membeli laptop dan memasang internet di rumahku. Aku sering pergi ke sebuah tempat untuk browsing maupun mengerjakan beberapa tugas yang memerlukan komputer, printer maupun jaringan internet. Warnet!

Itu sudah lama sekali, mungkin  lebih dari tujuh tahun yang lalu, ah betapa cepatnya waktu berlalu.

Entah mengapa kemudian aku jadi sering bertemu wanita itu, dia sering melintas di jalanan sekitar kompleks perumahanku. Di depan toko roti, di depan kios digital printing, di dekat tukang bakso, yang paling sering, kutemui dia di dalam supermarket besar tempat aku biasa berbelanja.

photo credit goes to freedigitalphotos.net
Penampilannya berubah-ubah dan sering membuatku terkejut. Pertama kali kulihat dia setelah bertahun tak bersua, dia berjilbab. Entah mengapa aku tersenyum saat mengenalinya. Esoknya dia memakai hijab yang lebih lebar menutupi seluruh tubuhnya, sampai aku terkejut dengan gaya berhijabnya. Entah mengapa lain waktu kulihat dia tak berhijab
aku jadi bertanya-tanya.

Karena seringnya bertemu di supermarket, aku jadi mulai memperhatikan dia, entah mengapa aku jadi memikirkan 'sesuatu'. Sesuatu yang entah mengapa setelah aku analisa dan perhatikan sepertinya mendekati kebenaran.

Dia begitu sering berada di supermarket, tapi yang dilakukannya ternyata adalah: pergi dari satu rak ke rak yang lain, terutama di area basah tempat buah, sayur dan frozen foods berada. Menata setiap item yang berserakan , dia menata ulang sehingga rapi kembali. Berpindah dari satu rak ke rak lain, terus berputar ke seluruh ruangan melakukan hal yang sama. Setiap kali tangannya basah karena bungkus barang-barang yang ditatanya itu telah mengembun di rak-rak freezer, dia mengusapkan kedua tangannya ke sisi kanan-kiri bajunya.

Entah mengapa ada pedih di dadaku. akirnya aku tahu apa yang dilakukannya di supermarket setiap hari. Bukan, bukan berbelanja seperti ibu-ibu yang lain yang banyak uang dan mengambil ini-itu seolah tanpa menghitung berapa jumlah uang yang nanti akan dibayarkan di kasir.

Aku bertanya pada salah satu pegawai berseragam yang ada di Supermarket itu. "Mas apakah Mbak itu salah satu pegawai di sini?" tanyaku. "Bukan Bu" jawabnya.


photo credit goes to freedigitalphotos.net
Ada yang ingin kulakuakan, apakah itu tidak akan menyinggung harga dirinya? Ah kuperhatikan lagi dia dan entah apa yang menguatkan langkahku, kuhampiri dia.
"Mbak, mau ngga saya belikan buah?" tawarku padanya yang sedang sibuk menata ulang isi freezer yang penuh bungkusan  french fries.
"O..oo.. buah, untuk apa Bu?" tanyanya terkejut, wajahnya terlihat sedikit gugup.
"Ya buat Mbak, biar Mbak sehat" tawarku, tersenyum.
"O..engga usah.." tolaknya "Sayaaa.. sudah punya buah, ada pisang... di rumah" Aku menangkap kekosongan di matanya. Hatiku trenyuh.
"Baiklah" dengan berat hati, aku kemudian meninggalkannya.

Sepanjang jalan pulang, airmataku berderai. Ya Allah berapa banyak wanita-wanita yang berada di posisi dia? Sepertinya dia tak punya siapa-siapa, karena aku selalu melihatnya sendirian menyusuri jalanan. Mungkin dia sedang bosan di rumah, Mungkin dia tak punya pekerjaan, tak punya uang, dan tak punya orang yang menyayanginya.

Setiap hari dia berjalan di jalanan untuk membuang bosan. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Hampir setiap hari dia pergi ke supermarket, bukan untuk berbelanja. Tapi hanya untuk menata barang-barang dari satu rak ke rak yang lain. Mungkin dia ingin terlihat seperti ibu-ibu yang lain. Yang berbelanja hampir setiap waktu. Memegang barang-barang kebutuhan sehari-hari yang mungkin hanya bisa dibeli oleh kalangan menengah ke atas.
Mungkin dia sedang menghibur diri, berpura-pura punya cukup uang untuk berbelanja di supermarket mewah. Mungkin dia sedang sangat suntuk di rumah, dan butuh pelampiasan murah meriah dengan jalan-jalan dan pura-pura belanja. Seribu 'mungkin' berkelana di kepalaku. Tapi semuanya membawaku kepada pengertian yang lebih dalam

"Ya Allah, ajarkan aku untuk selalu bersyukur. alangkah banyak nikmat yang Engkau limpahkan padaku, yang aku anggap 'sudah biasa'  sehingga aku lupa mensyukurinya".

Terlalu banyak rencana yang ada di kepala, menunggu di eksekusi, yang membuatku fokus pada pencarian dan pencapaian, hingga aku lupa memikirkan apa saja yang sudah kupunya dan orang lain tidak punya, sama sekali.

Aku berharap  dengan apa yang kumiliki saat ini, aku mampu memberi sesuatu pada orang lain. Sesuatu yang membahagiakan dan meringankan beban mereka yang kesulitan.

Alangkah beruntungnya kita yang masih punya keluarga, punya rumah, kendaraan, dan makanan hangat di meja. Alangkah patut kita bersyukur atas setiap apa yang kita punya. Terima kasih Allah.