Sabtu, 25 Mei 2013

Wafel Pertamaku

Ok, siapa sih yang ngga kenal kue wafel?  Semua orang pasti pernah makan kue ini setidaknya sekali seumur hidup, ya kannn..?
 Seingatku jaman dulu, maksudnya saat aku masih kecil. Kue ini sudah ada. Tapi mungkin orang jaman dulu kalau bikin kue campurannya cuman terigu, gula ama santen doang kali ya? kagak ada susu, mentega apalagi taburan meses, keju,terus whipping cream, ato bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan pada kue-kue jaman sekarang.

Sebenarnya saya sudah beberapa lama ini pengen banget makan kue wafel. Secara kalo sarapan di KF* atau pergi ke supermarket, selalu ketemu kue ini. Penasaran, kayaknya bahannya sederhana dan gampang dibuat.Cuman cetakannya harus khusus dan ngga mudah didapat juga di toko-toko alat masak.

Nah beberapa hari lalu, saya berkesempatan mengunjungi Pusat Grosir Surabaya yang lengkap dan rame itu. Setelah baca do'a masuk pasar (qiqiqi, ngga lupa doong), maka sayapun masuk pasar yang buesar itu, benar-benar berusaha fokus mencari apa yang saya butuhkan dan berbelanja seperlunya saja.

Benar-benar godaan besar, masuk ke tempat yang penuh barang-barang bagus dengan harga grosir, hati ini gatal pengen membeli semuanya. Tapi saya terus istighfar dan fokus pada beberapa barang yang memang sudah saya hafal untuk dibeli.

Pas sudah mau pulang, tampaklah toko penjual alat-alat masak. Berhubung saya sudah memutuskan untuk belajar bikin kue wafel, saya pun iseng bertanya pada Mbak-mbak penjaga toko
"Ada cetakan kue wafel, Mbak?"
"Ada Bu, harganya  45 ribu"
Aduh, lumayan mahal ya untuk barang yang kecil dan nampak sederhana, pikir saya. Hehehe lagi kumat pikiran pengen berhematnya. Efek membaca doa sebelum masuk pasar. :D

Tapi karena udah niat, jadi saya tekadkan untuk membeli juga. eh terkadang saya tuh kalo masuk pasar/mall, ngelihat barang yang ngga butuh, bawaannya mau beli karena tertarik model atau harga miringnya. Sedang barang yang bener-bener dibutuhkan dan dipikirkan siang-malam, pas ketemu ada rasa ragu membelinya. Yang kemahalan lah, yang modelnya ngga cocok lah. Aneh banget ya penyakit saya ini?

Dan ternyata saya ngga menyesal telah membeli alat cetak wafel tersebut. Karena pada sabtu pagi ini, setelah googling resep-resep wafel di internet, saya menemukan ada banyak sekali varian resep wafel yang semuanya bikin ngiler dan patut dicoba.

Setelah memilah dan memilih, akhirnya pilihan saya jatuh pada resep sederhana dengan bahan paling alami, tanpa pengembang dan tambahan topping yang aneh-aneh (baca: mahal dan terindikasi meningkatkan kadar gula, kolesterol dan lain-lain :P)

dan inilah jadinya, taraa...



Adapun resepnya, mau tahu ngga? Aku anggap mau deh hihihi (ge-er mode ON) :

Resep Kue wafel :

Bahan:
1.250 gram tepung terigu
2.250 gram gula pasir (boleh dikurangi)
3.  4 butir telur
4.1 1/2 gelas santan kental
5.20 gram mentega 
6. Garam secukupnya


Cara Membuat Kue Wafel:
1. Telur dan gula dikocok sampai putih, masukkan mentega, kocok lagi, masukkan tepung terigu dan garam
2. Masukkan santan kental, aduk rata, diamkan selama 15 menit.
3. Olesi loyang dengan minyak, panaskan dengan api sedang, lalu kecilkan, tuang adonan, biarkan sejenak sampai terlihat matang satu sisi, lalu dibalik, biarkan sisi yang lain sekarang yang terkena api. Tunggu sampai matang kecoklatan, angkat dan hiasi dengan topping kesukaan.

Nah karena saya memilih resep yang paling sederhana, rasanya pun masih asli kaya kue wafel jadul. Next time saya akan coba wafel dengan resep yang berbeda. Dengan tambahan pengembang/ ragi kue, susu, cokelat, whipping cream dan lain sebagainya. 

Hmmm... not bad. :)







Sabtu, 18 Mei 2013

Shopaholic, Wajarkah?


Anda tentu memiliki pengalaman serunya berbelanja di mall-mall mewah.Wah rasanya puass banget kan bisa membeli barang-barang branded dan berkualitas? Ngga sia-sia mengeluarkan uang banyak kalo barang yang kita dapat memang sesuai dengan harga. Apalagi kalo sedang ada  sale  atau diskon besar-besaran. Bisa-bisa kalap tuh kita. Yang semula rencanaya mau beli satu sepatu aja, pulang-pulang sudah menenteng empat baju, tiga sepatu, dua tas, seperangkat perhiasan, satu set kosmetik terbaru dan pernak-pernik lainnya.

Beberapa hari sesudah berbelanja mungkin kita akan terus tersenyum senang memandangi barang-barang indah di rumah hasil perburuan sehari atau bahkan berhari-hari dari mall ke mall. Tapi coba setelah sebulan, kembali kita renungkan. Apa benar kita memang mebutuhkan semua barang tersebut?

Sudah jamak di jaman modern ini, bahwa wanita sering hang out dan menghabiskan banyak waktunya di mall. Sekadar makan atau window shopping mungkin sebagai penghilang kejenuhan atau stress. Tapi kalau kita menjadikan jalan-jalan di mall sebagai kebiasaan maka dapat dipastikan bahwa pelan-pelan kita pun pasti tergoda untuk berbelanja. Butuh atau tidak, yang penting beli! Pastinya karena godaan barang-barang mewah begitu kuat meruntuhkan pertahanan iman.

Seorang shopaholic mengaku bisa menghabiskan puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk berbelanja dalam satu hari. Gila ngga? Wanita memang yang paling sering terkena penyakit berbahaya ini. Setiap kali melihat disain sepatu, baju atau tas yang baru dan unyu-unyu, bawaannya ingin membeli dan tak mampu lagi mengendalikan diri. Tak peduli bila setelah sampai di rumah, barang-barang tersebut ternyata hanya memenuhi rak koleksi saja. Hampir tak pernah dipakai, menambah tumpukan benda mahal di lemarinya.


Tas apa yang paling mahal? Hermes! Sepatu apa favorit Anda? Manolo Blahnik! Perhiasan apa yang paling Anda sukai? Tiffany! Berapa harga tas termahal yang pernah anda beli? dan dimana?, Hmmm satu tas seharga 10.000 US $ di New York.Beuuuhhh....

Gaya hidup macam apa ini? Di saat jutaan rakyat kelaparan dan hanya bisa makan singkong rebus sehari satu kali. Ternyata banyak juga wanita-wanita high class yang rela menghamburkan ratusan atau ribuan dollar sekali berbelanja hanya untuk memuaskan syahwatnya. Astaghfirullah.

Dunia memang tak akan menghakimi siapapun, apalagi bila uang yang digunakan itu adalah hasil kerja sendiri alias bukan uang hasil korupsi, menipu, merampok atau jenis kejahatan lainnya. Tapi adakah mereka menyadarinya bahwa shopaholic itu sudah menjadi semacam kecanduan?





Shopaholic, Sejenis Penyakit Jiwa
Seorang Psycholog ternama Tika Bisono, menyoroti kecanduan belanja sebagai ketidak mampuan seseorang mengendalikan diri (daya tahan terhadap godaan sangat rendah), atau adanya permasalahan tertentu yang memicu stress sehingga membutuhkan pelepasan. Jadi bisa dikatakan bahwa para pencandu belanja adalah orang yang 'sakit jiwa'  dalam tingkat tertentu.

Tentunya para pecandu belanja ini juga menyadari bahwa kebiasaannya itu adalah sesuatu yang buruk. Hal ini baru akan disadarinya sesampai di rumah dan menyaksikan tumpukan barang-barangnya yang lebih banyak tak berguna. Hanya saja, sangat sulit bagi para pecandu belanja ini untuk mengendalikan diri apabila sudah berhadapan dengan  barang-barang indah yang menggoda. Tak peduli berapa dalam kocek harus dirogoh. Yang penting puas bila sudah membeli. Lebih parah lagi kalau mereka tidak merasa kalau kecanduan mereka ini adalah sebuah penyimpangan yang harus dihentikan.

Para sosialita di New York, yang mengahadapi tekanan sosial gaya hidup kelas tinggi, siapa yang mengenakan baju paling up to date?, perhiasan paling mahal, mobil paling baru? dan sebagainya merasakan stress tingkat tertentu sehingga merasa harga dirinya terbanting bila tidak menjadi yang terdepan dalam mode dan pamer kemewahan. Sungguh melelahkan. Banyak pula wanita kelas atas di Indonesia yang terkena gejala ini. Mereka biasanya rela melakukan apa saja demi memuaskan hasrat belanja dan tampil 'terdepan' nya. Naudzu billah.

Perencana keuangan Safir Senduk menganjurkan agar kita membagi belanja untuk kebutuhan dan belanja untuk kesenangan. Untuk jenis yang kedua ini, porsinya harus dibatasi. Sebab kalo tidak, pasti merugikan diri dan keluarga sendiri.

Dalam Islam diajarkan sebuah doa masuk pasar yang bisa diterapkan sebelum masuk mall, supermarket, bahkan sebelum login ke situs belanja online. Agar kita berbelanja sesuai kebutuhan tanpa membiasakan diri  kita sebagai pemboros yang adalah teman syaitan.

Doa tersebuta adalah:

Doa Masuk Pasar


لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Laa Ilaaha Illallaahu wahdahu Laa Syariikalahu, Lahul Mulku Walahul Hamdu, Yuhyii, Wayumiitu, Wahuwa Hayyun Laa Yamuutu, Biyadihil Khairu, Wahuwa ‘alaa Kulli Syai-in Qadiir

Artinya: Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dia-lah Yang Hidup, tidak akan mati. Di tangan-Nya kebaikan. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Menurut sabda Rasulullah yang diriwayatkan Ummar Bin Khattab RA, barangsiapa yang membaca doa ini, maka akan dituliskan baginya, seribu kebaikan dan dihapuskan baginya seribu keburukan dan diangkat derajatnya dalam satu juta derajat (Hadist Tirmidzi no 3350)


Jumat, 10 Mei 2013

Andai Waktu Bisa Kuulang

Manusia adalah makhluk yang lemah. Meski Allah Subhanahu Wa Taala memberikan begitu banyak potensi, namun tak sedikit yang gagal memanfaatkan potensi-potensi itu.

Kesehatan, Kekayaan, Masa Muda, Kesempatan dan Hidup itu sendiri merupakan nikmat yang banyak tersia-sia karena ketidak mampuan mengoptimalkan ke lima hal tersebut sebaik-baiknya.

Alangkah ringannya kaki ini melangkah pada suatu tempat dan hal yang sia-sia, namun alangkah beratnya bila harus melangkah menghadiri majlis-majlis ilmu dan ibadah.
Alangkah mudahnya kita mengeluarkan uang untuk membeli kesenangan dan kemewahan dunia, namun alangkah kikir hati ini menyisihkan sebagian kecil untuk perjuangan di jalan Allah.
Betapa banyak energi dan waktu dan kesempatan kita korbankan untuk meraih popularitas, ketenaran, uang dan kesenangan dunia, namun alangkah terburu-buru atau bahkan lalai sama sekali kita menyempatkan diri untuk menuntut ilmu dan beribadah dengan khusyu' menghadap Sang Khaliq.

Betapa kita selalu berpikir bahwa masih ada hari esok untuk memperbaiki diri dan kualitas ibadah kita, namun kita selalu bergegas untuk menjemput keakayaan dan kesuksesan dunia.
Alangkah cinta kita pada dunia yang fana ini namun begitu lalai kita menmpersiapkan kematian yang merupakan pintu gerbang pada kehidupan abadi.

Kita melupakan sabda Nabi Salallahu Alaihi wa Salam yang berbunyi:
"Jagalah lima perkara sebelum datangnya lima perkara : hidupmu sebelum matimu, saat sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sempitmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu, dan kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu"
(Hadist riwayat Al Hakim dan Al Baihaqi)

Betapa jelas nasehat Rasulullah untuk kita, namun seringkali hawa nafsu mengalahkan semua logika dan melumpuhkan hasrat untuk mengatur hidup sebaik mungkin. Padahal jika kita berkaca pada sebuah firman Allah Subhanahu Wa Taala tentang keadaan orang-orang yang merugi di hari kiamat nanti, tentu kita akan berusaha sekuat tenaga menjadikan diri kita orang yang pandai memanfaatkan waktu dan kesempatan selagi masih hidup di dunia.

"Wahai Tuhanku, kembalikan aku ke dunia, agar aku bisa berbuat amal shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan" (Quran, Surah Al Mu'minuun 99-100)

Alangkah meruginya kita bila selama di dunia kita tak mampu memanfaatkan waktu kita sebaik mungkin sehingga kelak di akhirat hanya merasakan penyesalan dan keinginan menebus kehidupan dunia yang tak mungkin kembali.


"Dan jika sekiranya setiap diri yang dzalim itu memiliki segala apa yang ada di bumi, tentu dia akan menebus dirinya dengan semua itu, dan mereka membuktikan penyesalannya ketika mereka menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan diantara mereka mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya." (Quran, surah Yunus: 54)




"Ya Rabb, akulah orang paling merugi di dunia ini, betapa banyak Engkau memberi peringatan, namun betapa sedikit aku mengingat. Betapa banyak Engkau memberi kesempatan, namun betapa sedikit aku mampu memanfaatkannya sebaik-baiknya. Ampunilah aku, kasihanilah aku, berilah rahmat dan petunjuk padaku. Dan janganlah Engkau biarkan aku menjadi orang yang merugi"

Kamis, 09 Mei 2013

Satu Dirham Diganti 120.000 Dirham


Dari Fudhail bin ‘Iyadh bercerita, 
“Ada seorang laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya dengan harga satu dirham. Semula uang itu hendak digunakan untuk membeli tepung. Namun saat perjalanan pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang saling menjambak rambut satu sama lain. Ia bertanya, 
“Ada apa ini?” 
orang-orang memberitahunya bahwa keduanya bertengkar memperebutkan uang satu dirham. Maka, ia berikan uangnya yang hanya satu dirham untuk mendamaikan keduanya, dan ia pulang tanpa membawa apa-apa.

Ia lalu mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan beberapa perkakas rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menjualnya, tetapi barang-barang itu tidak laku. Di jalan, ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang hampir busuk. Ia pun berkata, 
“Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah anda mau menukarnya dengan barangku?” ia pun mengiakan. 

Ikan itu pun dibawanya pulang. Kepada isterinya ia berkata, 
“Isteriku, segeralah memasak ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar!’ maka sang isteri segera mengurus ikan itu. Tiba-tiba ada benda bulat ditemukan dari perut ikan tersebut.

Sang isteri keheranan dan berkata, 
“suamiku, dari perut ikan ini ada benda bulat yang lebih kecil dari telur ayam, dan hampir sebesar telur burung dara.” 
Suaminya berkata, 
“perlihatkan kepadaku!” 
maka ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepada isterinya, 
“jangan-jangan ini mutiara!” sang isteri menyahut, 
“kamu tahu, berapa harga mutiara sebesar ini?” 
suaminya menjawab, ‘tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang yang pintar dalam hal ini.”

Begitulah, sang suami membawa mutiara tersebut ke tempat para penjual mutiara. Ia mengahampiri kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawanpun menjawab salamnya. Sambil menunjukkan barang yang ditemukan istrinya, ia bertanya, 
“tahukah anda, berapa kisaran harga benda ini?” 
cukup lama kawan memerhatikan barang itu, baru kemudian menjawab, 
“di sini saya menghargainya 40.000 dirham. Jika anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika anda menginginkan harga yang lebih tinggi, cobalah datang kepada si fulan, dia akan memberimu harga lebih tinggi dariku.”




Maka ia pun pergi kepada orang yang ditunjukkan temannya. Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Lalu berkata, 
“Aku berani membayar barang ini 80.000 dirham. Jika anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, siapa tahu dia bisa memberi harga lebih tinggi dariku.”

Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu berkata, 
“Aku berani membeli dengan harga 120.000, dan saya kira tidak ada orang yang berani menambah sedikitpun dari harga itu!” ia pun menjual kepadanya. 

Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham, sungguh ganti yang berlipat ganda dari apa yang ia sedekahkan.


(Al-Faraj ba’dasy syiddah wadz dziiqah, Ibrahim bin Abdillah al-Haazimi)



Subhanallah, memang benar janji Alloh Ta'ala bahwa Alloh Tidak akan menyia-nyaiakan kebaikan. Dan terkadang kebaikan itu langsung diganjar dengan kebaikan lagi sebagai bentuk kebahagiaan yang disegerakan. 

Benarlah sabda Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam
“Barang siapa menolong saudaranyayang membutuhkan maka Allah ta’ala akan menolongnya.” (HR. Muslim)

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah berharga dari kisah di atas, aamiin