"Aih, kamu makin cantik deh pakai hijab"
"Kakaakkk... jadi makin syanteekkk pakai jilbab, adem deh liatnya"
"Selamat berhijah ya Mba, moga istiqomah deh"
Gitu deh, kira-kira ramainya akun Instagram seorang artis yang kedapatan mempublikasikan penampilan barunya, yang dulunya belum berhijab lantas kemudian memutuskan untuk mulai mengenakan hijab.
Ilustrasi dari Majalah NooR |
Kebiasaan orang Indonesia yang suka bersosial media sudah diketahui menempati peringkat teratas dari 5 jenis sosial media paling eksis di dunia. Data dari Facebook menempatkan orang Indonesia berada di urutan ketiga sebagai pengguna terbesar di dunia, bahkan pada tahun 2011 data menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua setelah USA.
Jaringan radio BBC Inggris menobatkan Indonesia sebagai pengguna terbesar ke 5 setelah Amerika, Jepang, Brazil, dan Inggris di jagad Tweeter. Namun Indonesia dikatakan sebagai pengguna Tweeter paling aktif.
Data dari Brand 24 menyebutkan Jakarta sebagai kota paling "riuh berkicau" di linimasa global.2,64 % tweet dari 10,6 milliar tweets / detik disumbangkan warga Jakarta saja. Kecerewetan pengguna Tweeter di Jakarta, mengalahkan warga Tokyo (2,3 % ) dan Inggris (2,0 %).
Asosiasi Jasa Pengguna Internet Indonesia mengungkap data bahwa pada tahun 2016, setelah Facebook berada di urutan pertama sebagai media sosial yang paling disukai di Indonesia, urutan kedua direbut oleh Instagram dengan jumlah pengguna 19,9 juta jiwa (15 % pengguna sosial media).
Dari jumlah pengguna instagram tersebut 53,21 % senang membagikan foto aktivitas yang sedang dilakukan saat itu, 33,02 % senang mengunggah foto-foto pribadi, dan sisanya senang membagikan foto makanan dan minuman.
Pada pengguna di urutan pertama dan kedua itulah yang didominasi oleh para pesohor atau artis yang senang membagikan foto-foto aktivitas mereka yang serba glamor dan eye catching, sehingga terjadi antrian likers dan komentator yang panjang mengular. Tak heran, apapun yang sedang mereka bagikan mengundang demikian banyak respon baik yang positif maupun negatif.
Ilustrasi Majalah NooR |
Yang paling hangat adalah kasus artis yang memutuskan melepas jilbabnya setelah sebelumnya selama satu tahun telah mengenakannya dan menuai dukungan positif dan pujian dari netizen saat pertama mengenakannya.
Sebaliknya saat memutuskan melepasnya dan mengunggah keputusannya tersebut di akun instagramnya, beragam opini membanjiri akun sosial media artis tersebut, bahkan pembahasan sampai melipir ke ranah akun sosial media yang lain, terutama Facebook yang memang menyediakan ruang paling leluasa untuk membahas tuntas segala macam kejadian baik politik, gossip hingga perang dunia.
Haruskah Membahas Kehidupan Pribadi Orang Lain?
Secara pribadi saya jarang ikut membahas kehidupan pribadi orang lain di sosial media. Bisa dikata dari range 1-10, mungkin saya hanya mentok di angka 2 terlibat pembahasan kehidupan pribadi orang lain di sosial media.
Kasus-kasus seperti, anak Pak A menikah dengan gadis yang konon sudah punya pacar, artis M yang pindah keyakinan mengikuti suaminya, pengawal presiden yang katanya ganteng, artis M yang merebut suami M, payung presiden yang katanya bagus, artis M, R, X,Y,Z yang buka hijab, hingga pernikahan K dan B yang hangat dibicarakan, saya jarang ikut terlibat aktif membicarakan hal-hal beginian. Bisa dibilang kurang tertarik.
Sedangkan untuk urusan kehidupan pribadi seorang artis atau pesohor, saya jarang ikut membicarakannya, meski ya.. sedikit banyak ia juga sebenarnya perlu dibahas dari sisi kacamata yang saya yakini kebenarannya, yakni agama yang saya anut. Karena sebenarnya dalam tiap kasus kehidupan manusia, ada aturan agama yang tak luput menjadi acuan bagi setiap kejadian di muka bumi ini. Hanya karena saya pikir sudah terlalu banyak netizen yang mewakili dengan berbagai opini baik yang pro dan kontra, maka saya sudah kehilangan minat untuk ikut meramaikan. Biarlah orang lain yang membahas. Saya cukup mengikuti saja.
Selain itu, saya khawatir jika saya ikut-ikutan membahas kehidupan orang lain, saya justeru melenceng dari tujuan awal saya yakni amar ma'ruf nahi munkar yang merupakan kewajiban seorang Muslim. Karena saya melihat fenomena gayengnya netizen lain kalau itu sudah membahas kehidupan pribadi. Terlalu banyak yang kebablasan sok menasehati, jatuhnya malah ghibah dan gossip sementara tujuan untuk memberi pencerahan tidak sampai sama sekali, malah biasanya akan ada banyak pembelaan dari beberapa netizen maupun media yang menggiring opini bahwa apa yang salah (dari sudut pandang agama) itu menjadi benar, dan apa yang seharusnya benar (dari sudut pandang agama) menjadi salah. Atas nama Hak Asasi Manusia.
Hati Manusia Yang Terus Berbolak Balik
Selama kita masih hidup di dunia, maka tak akan pernah selesai pembahasan kita akan kasus-kasus yang terjadi pada kehidupan manusia.
Hari ini kita bersimpati pada tokoh A, besok bisa jadi kita membencinya. Hari ini kita memuja artis B, lusa bisa jadi kita illfeel padanya. Hari ini kita jatuh cinta pada seseorang tahun depan ia bisa jadi musuh bebuyutan kita.
Kehidupan dunia bagai roller coaster yang bisa menempatkan seseorang di puncak ketenaran hari ini, untuk kemudian menghempaskannya esok ke dasar jurang kehinaan. Hari ini kita bisa kaya, tenar dan di elu-elukan masyarakat, dibela dan dicintai, esok bisa jadi kita jatuh miskin, bangkrut dan dihina orang lain.
Hari ini atas nama iman dan hidayah kita menyambut indah segala perintah dan larangan Tuhan, tahun depan bisa jadi kita mencampakkannya atas nama perasaan terkekang dan merasa menjadi makhluk paling aneh sejagad raya karena melekatkan atribut keagamaan pada diri kita di tengah gempita dunia yang semakin sekuler dan menakjubkan dengan segala kecanggihan teknologinya.
Kita yang hidup di dunia ketiga alias negara berkembang yang mayoritas masyarakatnya adalah Muslim (orang yang beragama Islam), tidak tahu bagaimana rasanya hidup di dunia barat yang serba maju, serba canggih, serba teratur, menakjubkan, sekaligus penuh kebebasan dan mencampakkan nilai-nilai yang dianggap sebagai pengekang kebebasan berekspresi. Nilai-nilai itu adalah agama.
Itulah kenapa, semakin maju negaranya, semakin modern fasilitasnya, semakin menakjubkan kemajuan dan pencapaian-pencapaian manusianya, maka semakin banyak orang yang tak lagi mempercayai Tuhan. Semakin banyak mereka mengeksplorasi dunia, semakin merasa bahwa dunia dan seisinya bisa mereka taklukkan, maka di mana lagi kekuasaan Tuhan? Dan mengapa harus mengikuti aturan-aturan dari "Sesuatu" yang tak dipercaya keberadaannya?
Source Unkown |
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", Quran, surah Al A'raf (7): 172
Hadiah yang demikian berharga tidak diberikan begitu saja oleh Allah kecuali bagi manusia-manusia yang merenung dan berpikir.
Berguru Kepada Ahlinya, Update Ilmu dan Iman
Mungkin diantara kita banyak yang heran, kenapa hari ini ada orang yang menggebu-gebu mengamalkan syariat agama, lalu enam bulan kemudian berubah lagi?
Terkadang saking tingginya ghirrah atau saking pede-nya dengan pilihan dan keyakinannya, kita bisa melihat perubahan drastis 180 derajat. Dari yang semula busana muslim sexy, jilbab gaul, berubah menjadi Busana Muslim Syar'i yang rapi jali. Bahkan tak jarang langsung memutuskan bercadar.
Namun seiring waktu, kita sering melihat orang tersebut semakin luntur, meragukan keputusannya, bahkan tak jarang rela melepaskannya kembali.
Mengapa bisa terjadi?
Tak lain karena setelah memutuskan berhijrah, ia tidak menyertai mengikat hidayah yang diperolehnya dengan majlis iman dan ilmu. Apa itu majlis iman dan ilmu?
Majlis iman dan ilmu adalah kelas-kelas kajian atau halaqah atau daurah yang mengajarkan kita ilmu-ilmu syar'i yang mengupas isi Al quran dan Hadist yang menjadi pedoman umat Islam dalam meniti kehidupan di dunia untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Apa sih pentingnya hadir di Majelis iman dan ilmu tersebut? Bukannya sekarang adalah zaman internet yang mana setiap orang bisa dengan mudah mengakses ilmu agama dari website, youtube dan lain-lain?
Ya, memang, kita sekarang dengan mudah bisa mengakses informasi apapun dari internet, termasuk pelajaran agama yang mungkin mampu mengantarkan hidayah ke hati seseorang. Namun mungkin pembaca belum tahu bahwa ada sebuah aturan di antara para ahli ilmu bahwa, belajar ilmu agama itu harus melalui sanad yang jelas.
Add caption |
Empat Imam, Penerus Dakwah Nabi
Setelah Nabi Muhammad wafat, maka para pencari ilmu bisa memperoleh ilmunya dari para Shahabat yang hidup sejaman dengan Nabi, alias pernah bertemu Nabi saat beliau masih hidup dan memperoleh ilmu langsung dari majlis beliau, kemudian bila para Shahabat sudah meninggal. maka kita bisa memperoleh ilmu agama darai para Thabiin, yakni orang-orang yang hidup di jaman Shahabat, namun tidak bertemu secara langsung dengan Nabi. Setelah itu kita bisa memperoleh ilmu yang berasal dari para penuntut ilmu yang bersumber dari Thabiin. Mereka ini di sebut Thabiit-thaabiin, alias pengikutnya para pengikut.
Dari para Thabiit Thaabiin inilah terus menurun kepada para ulama hingga akhirnya kepada ulama masa kini yang benar-benar mempelajari agama dari para ilmuwan, para mufti ahli ilmu Alquran dan ahli ilmu hadist. Jadi bukan sekadar orang yang belajar agama dari buku atau internet lalu minta dipanggil Ustadz. Bukaaann...
Para Imam yang 4 tersebut, yang pertama adalah Imam Malik RA (Malik Ibn Anas Bin Malik, Bin Amr Al Asbahi, pendiri madzab Al Maliki) , beliau hidup di jaman Thabiin dan Thabiit Thabiin. Beliau menerima hadist dari 900 guru, 300 dari golongan Thabiin dan 600 dari golongan Thabiit-Thaabiin. Beliau meriwayatkan hadist dari Nu'main Al Mujmir, Zaib Bin Aslam Nafi, Az Zuhri, Abdullah Bin Dinar dan lain-lain.
Beliau menyusun kompilasi hadist Nabi dan ucapan para Shahabat yang dikenal dalam bukunya Al Muwwatha.
Sedangkan murid-murid Imam Malik adalah Ibnul Mubarak, Sufyan At tsauri, hingga As Syafii atau Imam Syafii pendiri Madzab As Syaf'i.
Iman As Syafii pernah berkata "Imam Malik adalah Hujjatullah atas Makhluknya setelah para Thabi'in.
Setelah Imam Malik, Imam selanjutnya adalah Imam Abu Hanifa atau Nu'man Bin Tsabit Bin Zuta Bin Mahan AtTaymi. Beliau merupakan seorang Thabi'in atau generasi setelah Shahabat Nabi.
Selanjutnya Abu Abdullah Muhammad Bin Idris As Syafii atau Imam Syafii, yang merupakan murid Imam Malik di kota Madinah, dan pernah pula berguru kepada murid-murid Iman Hanafi di Iraq. Ayah Imam Syafi'i bernama Idris, beliau adalah keturunan Al Muthallib atau termasuk Bani Muthallib.
Imam Syafii terkenal dengan kecemerlangannya. Beliau yang yatim sejak usia 2 tahun diajak ibunya untuk pindah ke kota Makkah yang saat itu terkenal sebagai pusat keilmuan selain kota Madinah. Pada usia belia sudah mampu menghafal syair, pandai Bahasa dan sastra Arab.
Di Makkah beliau berguru Fiqih kepada seorang Mufti, Muslim Bin Khalid Az Zanji . Karena kecerdasannya beliau diijinkan memberi fatwa pada usia 15 tahun. Beliau banyak berguru pada para ahli Fiqih di Makkah. Kemudian beliau pergi ke Madinah untuk berguru ilmu fiqih pada Imam Malik, mengkaji kitab Muwatta dan menghafalnya dalam 9 malam.
Selanjutnya Imam Syafii meriwayatkan hadist dari Sufyan Bin Uyainah, Fudail Bin Iyadh dan Pamannya Muhammad Bin Syafii. Salah satu karangannya yang terkenal adalah Ar Risalah dan kemudian kitab Al Umm yang merupakan Madzab Fiqihnya yang baru. Imam Syafii adalah Mujtahid mutlak, ahli Fiqih, Hadist dan Ushul. Dasar Mazabnya, Sunnah, Quran, Ijma dan Qiyash.
Salah satu muridnya yang menonjol adalah Ahmad Bin Hanbal yang kemudian dikenal dengan Imam Hanbali.
Ahmad Bin Muhammad Bin Hanbal Bin Hilal Bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Pada usia 15 tahun ia telah menghafal Quran dan menguasai ilmunya, kemudian pada usia tersebut ia mulai belajar ilmu Hadist. Ia merantau ke Syam, Hijaz, Yaman dan beberapa negara untuk menuntut ilmu. Dia menghafal 1 juta hadist.
Imam As Syafii pernah berkata tentang Imam Ahmad bin Hanbal "Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shalih dan lebih berilmu kecuali Ahmad Bin Hanbal".
Abdur Razaq Bin Hamam, salah seorang gurunya pernah berkata " Saya tidak pernah melihat orang se faqih dan se wara' Ahmad Bin Hanbal"
Imam Syafii berkata "Ahmad Bin Hanbal adalah imam dalam delapan hal. ia imam dalam delapan hal, yakni ilmu Quran, ilmu Hadist ilmu Fiqih, imam dalam bahasa, imam dalam kezuhudan, kefakiran, wara dan imam dalam Sunnah"
Ibrahim Bin Harbi berkata "Saya melihat Abu Adbillah Ahmad Bin Hanbal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu"
Source Unknown |
Abdul Wahab Al Waraq berkata "Abu Abdullah adalah pemimpin kami, dia adalah orang yang matang dalam ilmu. Jika aku berada di hadapan Allah kelak dan ditanya, "Siapa orang yang kamu ikuti?" aku akan mengatakan "Aku mengikuti Ahmad Bin Hambal" Sungguh Imam Ahmad Bin Hanbal telah teruji selama 10 tahun kelimuannya tentang Islam.
Penuntut Ilmu Zaman NowSebagai penuntut ilmu zaman now, penting untuk mengetahui siapa empat Imam yang merupakan rujukan dari 4 Madzab yang diakui dalam Islam.
Dari keempat Madzab tersebutlah lahir para pengikut dan para murid yang bersambung hingga ulama-ulama zaman sekarang.
Karena itu bila kita ingin tetap berada dalam Hidayah Allah, penting kiranya untuk selalu hadir dalam majelis-majelis ilmu yang bersumber dari ajaran para Imam tersebut melalui para ulama zaman now yang berguru dan mengkaji kitab-kitab beliau.
Kehadiran kita dalam majelis ilmu, selain menambah ilmu itu sendiri juga merupakana pengikat iman agar tidak luntur dan akhirnya habis terkikis oleh kehidupan sehari-hari yang semakin menantang dan semakin membingungkan karena sekularitas yang mengepung dari berbagai penjuru.
Rasulullah Salallahu Alaihi Wa salam pada akhir hayatnya pernah memanggil Sayyidina Ali Bin Abi Thalib dan berkata "Wahai Ali, jika berlalu di kalangan orang Islam, 40 hari saja mereka tidak duduk hadir di Majelis ilmu, maka orang itu akan menghadapi dua akibat buruk. Pertama hatinya menjadi keras, dan kedua ia berani melakukan dosa-dosa besar".
Al Faqih, Al Laits dalam kitab Tanbihul Ghafilin berkata" Barang siapa dalam kepada aim lalu hadir ke majelisnya, serta tidak mampu mengingat atau menghafal pelajaran tersebut, baginya masih ada 7 kemuliaan:
1. Kemuliaan belajar agama
2. Tertahan dari dosa dan maksiat selama duduk di majlis tersebut.
3. Saat ia keluar dari rumahnya (untuk menuntut ilmu), turunlah Rahmat atasnya.
4. Saat duduk di sekitar orang alim di Majlis tersebut, turunlah Rahmat pada mereka dan ia juga turut mendapatkan Rahmat.
5. Selama dia mendengarkan ilmu, dituliskan baginya kebaikan.
6. Mendapatkan naungan sayap Malaikat karena ridho dengannya.
7. Setiap langkah kakinya (menuju Majlis ilmu) digugurkan dosa-dosanya, dan dinaikkan derajatnya,
Begitu luar biasa pentingnya mendatangi Majlis-majlis ilmu agar senantiasa mengikat Iman kita dan menghindarkan diri dari kefuturan alias rasa malas dan lemahdalam meuntut ilmu, yang ujung-ujungnya bisa melunturkan Iman.
Akhirnya mari kita memohon lindungan dari Allah agar terhindar dari lunturnya hidayah:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Mil-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab
Artinya:
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik
Artinya:
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atik
Artinya:
“Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)
Artinya:
“Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)
Kami Blogger Muslimah, kami menulis untuk menebarkan Kalimah Allah agar memberi manfaat bagi umat manusia. Semoga Allah meridhoi.
#Muslimah
#Blog
#DuniaMaya