Kamis, 04 Juni 2015

Ajarkan Keterampilan Kerja, Lakukan Diplomasi Untuk Hak Kewarganegaraan | #Let'sHelpRohingnya

Membaca berita tentang terdamparnya beberapa kapal pengungsi dari Rohingnya dan Bangladesh di pantai Aceh beserta semua kronologis kejadian yang melatar belakanginya, mau tak mau membuat berderai air mata siapa saja yang mempunyai hati nurani yang waras.

Cerita-cerita kekejaman yang mereka alami di negeri asal mereka, baik yang tersaji melalui gambar-gambar maupun beberapa video yang diunggah oleh UNHCR di Youtube, makin menambah miris hati yang melihatnya.

Sungguh Allah telah mengangkat derajat para nelayan Aceh yang telah dengan kasih sayang menerima mereka menepi ke daratan setelah berbulan-bulan mereka terkatung-katung di sepanjang perairan Andaman. Konon Malaysia dan Thailand pernah menolak kehadiran mereka.
Penghargaan kemanusiaan bagi nelayan Aceh
Foto: Dokumentasi ACT


Belum lagi berita-berita tambahan yang mengisahkan kekejaman yang dialami wanita-wanita Rohingnya di beberapa kamp negara tujuan, seperti Thailand, dalam rangka pencarian terhadap suami mereka yang telah pergi terlebih dulu, untuk mendapat pekerjaan, karena sulitnya akses kehidupan dan pekerjaan di negara asal mereka.




Kesigapan Pemda Aceh beserta beberapa NGO Indonesia seperti ACT, Peduli Muslim, PKPU dan sebagainya dalam menangani kebutuhan pengungsi Rohingya dan Bangladesh ini, membuahkan banyak pujian dan rasa terima kasih seluruh rakyat Indonesia yang merasa begitu sedih dan prihatin dengan nasib saudara-saudaranya seiman yang terindas. Bantuanpun mengalir dari seluruh dunia. Beberapa LSM/NGO dari Malaysia dan Singapura berdatangan. Bahkan yang jauh dari UK dan Turki juga tak ketinggalan memberikan bantuan tenaga dan uang. Mata seluruh muslim dunia tertuju pada Aceh. Untuk kedua kalinya Aceh menjadi pusat perhatian.

Tercatat organisasi UNHCR, IHH (Turki), Islamic Welfare Trust dari UK,  Our Touch, Malaysia, dan masih banyak lagi lembaga-lembaga Sosial kemanusiaan yang terlibat dalam penanganan para pengungsi Rohingnya tersebut. belum lagi gelombang simpati dari berbagai lembaga seperti perguruan tinggi sekolah-sekolah, kelompok sosial masyarakat hingga ibu-ibu yang turut mengumpulkan bantuan dan mengirimkannya kepada para relawan yang sedang berjuang di tengah-tengah para pengungsi Rohingnya yang keadaannya saat pertama kali datang sungguh memilukan hati dan menderaikan air mata siapapun yang punya nurani jernih.
Seiring berjalannya waktu, berbagai bantuan, dukungan dalam berbagai bentuk yang terus digelorakan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia terhadap para pengungsi Rohingnya, yang juga di aplikasikan secara sistematis dan rapi oleh para relawan yang berada di lapangan, pelan namun pasti, menampakkan hasilnya. Para pengungsi yang semula datang dalam kondisi sakit fisik dan luka batin, pelan namun pasti mulai menyiratkan kebahagiaan di wajah mereka yang semakin bugar.
Belum lagi berbagai program trauma healing dan spiritual support disamping bantuan medis dan pangan yang tentunya merupakan kebutuhan utama mereka. Syukurlah, semua merasa lega dengan semakin sehat dan gembiranya mereka.
Kerjasama Penggalangan Dana Indonesia-Malaysia
Foto : dokumentasi ACT


Berbagai cerita seru pun diunggah para relawan untuk memperlihatkan warna-warni keseharian mereka di lapangan.
Pemda Aceh berencana memberikan lahan untuk membangun tempat tinggal bagi para pengungsi yang menurut berita, diijinkan untuk menetap selama satu tahun di Indonesia, oleh Presiden Jokowi.
Penguatan Spiritual pengungsi Rohingga
Foto: dokumentasi ACT

Atas inisiatif ACT dan sinergi dengan LSM/ NGO lainnya di lapangan, disepakati untuk menghemat dana yang berasal dari masyarakat hanya untuk membeli barang-barang yang bersifat bisa dipindah dan secukupnya saja, Agar amanah dari masyarakat bisa lebih dimaksimalkan dalam bentuk tempat tinggal permanen dan segala fasilitas yang mereka butuhkan di tempat yang telah ditentukan sebagai areal tempat tinggal mereka kelak.
Para relawan beserta anak-anak pengungsi Rohingya
Foto : dokumentasi ACT

Melihat banyaknya bantuan mengalir dari masyarakat, yang berupa beberapa kebutuhan tersier seperti mainan, alat olah raga dan sebagainya. Membuahkan ide bagi saya. Mengapa tak datang para relawan yang ahli dibidang produksi barang-barang kerajinan untuk mengajarkan mereka bekerja?

Selama ini di negara asal mereka, akses untuk memperoleh ilmu dan ketrampilan sangat terbatas, sehingga bagi mereka yang beruntung bisa mencapai Malaysia dan Thailand untuk bekerja, mereka hanya mendapatkan pekerjaan kasar seperti buruh dan tenaga kuli, karena tiadanya ketrampilan yang mereka miliki.
Inilah kesempatan terbaik selagi mereka berada di Indonesia. Berdayakan mereka, ajari  mereka ketrerampilan seperi menukang, menjahit, memasak, membuat suvenir, usaha perbengkelan, membatik dan lain-lain. Sehingga saat mereka kelak kembali ke negara asalnya, atau bila mereka memilih untuk bekerja di luar negeri pun. Mereka bukanlah pekerja tanpa skil. Tapi pekerja terampil yang tentunya lebih dibutuhkan dan bisa menaikkan derajat mereka secara finansial dan sosial.
menggambar dan mewarnai untuk menceriahkan anak-anak Rohingnya
Foto : dokumentasi ACT


Selain itu,sebaiknya pemerintah Indonesia segera melakukan langkah-langkah diplomatik terhadap pemerintah Myanmar untuk memberi warga Rohingnya status kewarga negaraan dan memberi mereka akses dan hak yang sama dengan warga negara dari etnis yang lain. Langkah ini harus didukung seluruh negara ASEAN dan lembaga PBB, untuk menyelesaikan konflik internal Rohingnya yang berdampak regional pada bangsa ASEAN.

#Rohingnya
#LetsHelpRohingnya
#ACT


Semoga menginspirasi 

5 komentar:

  1. Sepakat banget dengan ide Mak TIti, yup, selain bantuan yang sudah diberikan, sudah saatnya juga kita memberikan keterampilan [capacity building] bagi para pengungsi ya, Mak. Ibaratnya, memberi 'kail', sehingga mereka secara perlahan mulai bisa mencari 'ikan' sendiri agar mampu mandiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju banget Mak Alaika... begitulah, inshaa Allah mereka akan lebih bahagia bila bisa bekerja dan mandiri

      Hapus
  2. Jujur aku nggak berani mencari tau ttg Rohibgya ini kenapa bs sampai diusir dari negaranya, ngeca headline dr berbagai media sdh bikin aku takut duluan sblm ngebaca lebih lanjut berita ttg mereka.
    Namun apapun itu, smoga nasib para pengungsi ini segera tersokusikan dan nggak berlarut2. Karena dengar2 di Aceh pun menerima pengungsi dari negara lain...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya.. banyak banget tumor mba, tapi UNHCR sudah turun tangan di sana, dan memang terjadi diskriminasi. Kebanyakan pengungsi adalah laki-laki yang mau cari kerja, karena di sana mereka ngga bisa bekerja, sebagian pengungsi adalah wanita dan anak-anak yang mencari suaminya yang sudah lebih dulu berangkat. Tapi cerita penyiksaan dan kekejaman Budist itu ada di video UNHCR loh

      Hapus