Minggu, 14 April 2013

Something Inside of You

Manusia adalah ciptaan Allah  SWT yang paling sempurna. Dibandingkan  makhluk ciptaan Allah SWT yang lain seperti binatang, tumbuhan, alam semesta, bahkan jin dan malaikat.
Binatang dan tumbuhan tidak dikaruniai akal pikiran, sehingga jelaslah mereka tidak bisa berdaya upaya, berkreasi, ataupun memutuskan suatu perkara berdasar pertimbangan akal sehat.  Apa yang mereka ikuti hanyalah naluri hewani untuk hidup, berbiak, lalu mati. Selesai.

Jin dan malaikat memiliki keutamaan masing-masing. Jin diberikan keunikan khusus yang tidak bisa dilakukan manusia. yaitu mereka mampu mengerjakan hal-hal ajaib (dianugerahkan akal pikiran), namun sifatnya cenderung pada kejahatan dan mengumbar hawa nafsu. Sebaliknya malaikat memiliki keunikan lain, yakni  diberikan akal pikiran, tetapi mereka di anugerahi fitrah untuk selalu taat pada Allah karena bagi mereka ditiadakan hawa nafsu.

Pada diri manusia terdapat keunikan yang lengkap. Manusia dianugerahi akal pikiran, hawa nafsu dan fitrah kebaikan. Ketiganya berkumpul membentuk kesempurnaan. Maka apakah manusia akan menjadi cenderung pada kejahatan dan hawa nafsu seperti para jin?  Ataukah manusia akan mengikuti ketaatan para malaikat terhadap perintah dan larangan Allah? Dan bagaimana manusia menggunakan akal pikirannya?
Itulah yang terjadi. Itulah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lain.

Dengan fitrah suci dan hawa nafsunya, manusia harus terus berperang setiap waktu. Manakah yang muncul dalam diri manusia sebagai pemenang? Nafsu atau fitrah? Jawabannya memunculkan apa yang kita sebut sebagai sifat seseorang tersebut. Jahat atau baik.

Sebaliknya, akal, seakan tidak terpengaruh oleh kedua anugerah yang lain. Akal mampu melesat menggapai pencapaian tertinggi (yang mampu dicapai manusia) tak peduli dia jahat atau baik. Setiap manusia yang menggunakan akalnya dengan baik dan terencana maka dia mampu melahirkan karya-karya spektakuler.

Lihatlah betapa banyak orang jahat yang mampu menemukan teknologi di berbagai bidang dan menjadikannya sebagai nilai tambah yang menguntungkan dirinya. Demikian juga bagi orang baik, peluang yang sama akan didapatkannya bila dia mampu menggunakan akal sebaik-baiknya.

Berhentikah sampai di sini? Ternyata tidak! Sumber yang baik tentu saja mengeluarkan hasil yang baik, dan sebaliknya.
Bagi orang-orang jahat, maka setiap penemuan dan inovasi selalu bermuara pada kepentingan diri mereka pribadi, dan cenderung mengabaikan kepentingan orang lain.

Lihat saja, berapa banyak negara adidaya yang menemukan berbagai  persenjataan perang canggih. Bukan untuk melindungi orang-orang lemah. Sebaliknya semua penemuannya hanya berorientasi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dengan berpura-pura membantu di daerah konflik, mereka sebenarnya sedang mencari celah untuk mendapatkan keuntungan lebih besar , yakni kesempatan mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia suatu negara.

Sebaliknya di tangan orang-orang mulia, akal menjadi alat untuk menemukan berbagai hal yang berguna bagi kelangsungan hidup umat manusia.Di tangan orang-orang yang beriman, akal menghasilkan suatu penemuan yang bertujuan untuk memberi sebanyak-banyak manfaat bagi manusia, sebagai jalan bagi mereka (orang-orang beriman) untuk menyempurnakan ibadah mereka kepada Rabbnya.

Tahukah anda bahwa para ilmuwan seperti Ibnu Al farabi, Al Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Ibnu Sinna dan masih banyak lagi adalah para ilmuwan peletak dasar semua ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia modern saat ini? Kalaulah bukan karena keinginan mereka untuk mengagungkan nama Allah di muka bumi, dan kalaulah bukan karena keinginan mensejahterakan umat manusia, maka tidak akan pernah ada cahaya ilmu pengetahuan di atas bumi ini. Pada masa keemasan Islam di bumi Andalusia,
para penjelalah, ahli geografi, ahli astronomi, ahli kedokteran, ahli mesin, ahli pertanian, ahli ekonom, ahli kelautan, ilmuwan, penemu, arsitek, seniman dan bahkan ahli peperangan, semua berlomba menemukan teknik dan strategi terbaik untuk memberi sumbangsih bagi umat manusia.

Kemuliaan manusia ditentukan bukan semata dari hal-hal fisik. Tak peduli betapa cantik, kaya, bangsawan maupun dari ras mana kamu berasal. Jika kamu tidak mampu memberikan manfaat dan terlebih hanya menimbulkan mudharat bagi manusia lain, maka apalah gunanya?

Sejarah mencatat Marie Antoinette seorang Ratu perancis yang tewas di tebas goulotine karena kemarahana rakyatnya akibat gaya hidupnya yang super hedonis di tengah penderitaan berkepanjangan rakyatnya. Hal yang lumrah terjadi pada Raja-raja dan Ratu-ratu kerajaan Eropa. Lihat saja peninggalan mereka berupa istana-istana megah yang masih abadi sampai sekarang. Maukah kita melihat bahwa semua kemewahan itu dibangun diatas penderitaan rakyat? Hal yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan para Raja dan Sultan yang memilih hidup sederhana asalkan rakyatnya sejahtera. Terlebih contoh paling mulia adalah kehidupan  Rasulullah SAW sendiri beserta para sahabat dan keluarganya yang mulia.

"...Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, bila ia baik, maka baik pula anggota tubuh yang lainnya. Dan bila ia buruk, maka buruk pulalah yang lainnya. Ketahuilah ia adalah hati." (Bukhari dan Muslim)

Kemuliaan tidak terletak pada banyaknya harta dan kemewahan yang kau sandang. kemuliaan terletak pada sesuatu dalam dirimu. Dalam imanmu, pengetahuanmu, kebaikan budimu, kedermawananmu, kesetiaanmu, empatimu, dan manfaatmu bagi sekelilingmu.



4 komentar:

  1. Baguus mba tulisannya.. semoga kita senantiasa bisa menjaga hati ya, aamiin

    BalasHapus
  2. Makasih Mbak Nurul Noe udah mampir ke blog saya. Iya kita saling mendoakan ya Mbak, aamiin

    BalasHapus
  3. Subhanallah, betapa pentingnya menjaga kemuliaan hati Mbak Titi :))

    BalasHapus