Selasa, 16 Desember 2014

Jangan Berputus Asa

Manusia memang tempatnya berkeluh kesah. Ujian hidup di dunia yang seakan tiada henti, seringkali membuat manusia merasa hilang arah, tak tahu mau berbuat apa. Seringkali kita memiliki keinginan yang melebihi kemampuan, ataupun bahkan sebenarnya kita memiliki potensi untuk meraih keinginan kita, tapi tak tahu bagaimana cara mengembangkan potensi diri untuk mencapai cita-cita.

Derasnya arus informasi baik yang bermanfaat maupun yang sejatinya hanya sampah bagi jiwa dan pikiran, seringkali membelokkan niat suci yang tertanam dalam hati untuk mengisi hidup dengan hal-hal bermanfaat. Belum lagi minimnya pengetahuan agama dan ilmu sehingga membuat manusia tak tahu, hal apa yang harus diprioritaskan dalam kehidupan.

Allah SubhanahuWa Taala, Dzat yang Maha Tahu, Dialah yang menciptakan kita semua makhluknya. Karena itulah Dia yang lebih tahu segala detail-detail yang berhubungan dengan hati, pikiran, dan tubuh manusia. Dia pulalah yang menciptakan petunjuk kehidupan yang disampaikan oleh para utusanNya melalui wahyu suci yang tertulis dalam kitabNya.

Selasa, 04 November 2014

Dan Bagaimana Bila Jatuh Cinta ?

Jatuh cinta? Berjuta rasanya.
Selalu indah bila kita merasakan debaran-debaran dan letupan semangat yang menyala-nyala di dada.
Akan tetapi jatuh cinta juga berpotensi menguras airmata dan menorehkan luka.

Cinta adalah anugerah terindah yang Allah berikan pada makhluknya. Tanpa cinta apakah matahari akan setia menampakkan diri setiap pagi untuk menyinari bumi?
Tanpa cinta apakah rembulan rela berjaga sepanjang malam? Menembus kepekatan, menahan desir dingin angin dan sepinya malam?

Tanpa cinta apakah si paus biru rela menempuh ribuan mil untuk bermigrasi ke daerah tropis yang bukan habitat aslinya, agar bisa melahirkan anak-anaknya di tempat yang hangat dan aman dari pemangsa?
Tanpa cinta, apakah seekor kanguru betah menggendong anaknya yang berat ke manapun dia  melompat?

Kamis, 25 September 2014

10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Di dalam kalender Islam, bulan Dzulhijjah masuk dalam bulan-bulan akhir dari kalender yang dihitung setelah hijrahnya Rasulullah Muhammad Salallahu alaihi Wasalam sejak 1435 tahun yang lalu.

Pada bulan Hijriah ini pula jutaan muslim dari seluruh dunia sedang berkumpul di tempat-tempat suci dan dimuliakan yakni Makkah, Mina, Arafah dan Muzdhalifa, untuk melakukan prosesi utama ibadah Haji. Ibadah yang merupakan rukun Islam ke lima yang juga sangat dirindukan semua umat Islam.




Ka'bah dan jamaah haji, foto dokumen pribadi


Bagaimana dengan umat Islam yang sedang tidak berada di tempat tersebut alias muslim yang tidak sedang menunaikan ibadah haji?

Allah Subhanahu Wa Taala menyebutkan keutamaan 10 malam pertama bulan Dzulhijjah dalam Quran Al Karim, surah Al Fajr (89): 1-2 :
"Demi fajar dan malam yang sepuluh"

Jika Allah bersumpah atas sesuatu, itu menjelaskan betapa pentingnya sesuatu itu.

Suasana di Mina,menjelang wukuf, foto dokumen pribadi




Dalam tafsir Ibnu  Katsir dan beberapa riwayat hadist seperti Ibnu Abbas, Ibnu Azzubair dan para salafush shalihin (para pendahulu yang shalih), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan malam yang sepuluh dalam surah Al Fajr itu adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Ibnu Abbas meriwayatkan, dari Rasulullah Salallahu alaihi Wa Salam bersabda :
"Tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah kecuali amalan pada hari-hari ini, yakni amalan pada sepuluh hari bulan Dzulhijjah".
Para sahabat bertanya " ya Rasulullah, tidak juga dengan jihad fii sabilillah?"
Rasulullah SAW menjawab "Tidak juga dengan jihad fi sabilillah kecuali bagi mereka yang pergi dengan jiwa dan hartanya dan tak kembali dengan sesuatu apapun (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).

Keutamaan sepuluh hari tersebut adalah, allah memberikan banyak anugerah bagi hambanya, diantaranya adalah anugerah tanggal 9 Dzulhijjah atau disebut hari Arafah. Pada saat itu para jamaah haji berkumpul di Arafah untuk berdzikir, berdoa dan memohon ampunan dari Allah Subhanahu Wa Taala.

Bagi muslim yang tidak hadir di Arafah (tidak sedang menunaikan ibadah haji), maka disunnahkan untuk melaksanakan puasa sunnah Arafah.

Adapun keutamaan tanggal 9 Dzulhijjah atau hari Arafah adalah :

1). Diampuni dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang bagi muslim yang berpuasa sunnah.

2). Hari dimana Allah telah menyempurnakan wahyu (Al Quran Al karim)  sebagaimana tersebut dalam surah Al Maidah (5) ayat 3 (Hadist Bukhari-Muslim)

3). Hari dimana Allah Subhanahu Wa Taala turun ke surga yang terdekat dengan bumi untuk menyaksikan para jamaah haji dan membanggakannya pada para malaikat.

4). Hari dimana Allah Subhanahu Wa Taala merahmati para jamaah Haji dan mengampuni dosa-dosa mereka sehingga mereka pulang bagaikan bayi tanpa dosa. (Hadist Bukhari-Muslim)

5). Hari dimana Allah paling banyak membebaskan manusia dari api neraka.

Subhanallah ALHAMDULILLAH Wa Laa ilaha ilallah Allahu Akbar!!

Sungguh besar kasih sayang Allah yang memberikan begitu banyak cara untuk melipat gandakan amal shalih dan memberi kita kesempatan untuk mendapat ampunan dan pembebasan dari api neraka.

Tidak ada hadist yang menyebutkan amalan khusus, tapi alangkah baiknya kita mengisi hari-hari 10 hari pertama bulan dzulhijjah dengan:

- Memperbanyak dzikir istighfar dan doa
- Melakukan amalan-amalan puasa sunnah semisal senin kamis, dan terutama puasa sunnah Arafah
- Memperbanyak bersedekah
-Memperbaiki shalat wajib dan merutinkan shalat-shalat sunnah
- Membaca, mengkhatamkan dan menghafal Al Quran
-Mencari ilmu dan mendatangi majlis-majlis ilmu

dan amalan baik yang dicontohkan Rasulullah Salallahu alaihi Wa salam lainnya. Baarakallahu lakum, semoga bermanfaat.





Rabu, 16 Juli 2014

Di Masjid Hatiku Terkait

Setiap pagi setelah mengantar si bungsu ke sekolah pada pukul setengah tujuh, aku langsung mengarahkan mobilku ke sebuah kampus asri tak jauh dari sekolah anakku. Kampus yang masih berada di wilayah tempat tinggalku juga. Kampus kebanggaan arek-arek Suroboyo dan masyarakat Jawa Timur.

Di kampus nan luas dan hijau asri yang menjuluki dirinya dengan Eco-Campus itulah kuhabiskan pagiku. Berlari di jogging track yang mengelilingi luasnya lapangan rumput, kelas-kelas sesuai jurusan , lapangan tenis, lapangan basket, lapangan futsal, kantin, laboratorium dan masjid.


Masjid di kampus ini sangat luas, indah, bersih dan rapi. Setiap selesai  ber-jogging ria sambil menghirup segarnya udara di lingkungan hijau itu, aku selalu mengakhiri  perjalanan pagiku dengan memasuki area  masjid yang tenang dan syahdu.

Setelah puas berlari, berjalan, memotret, memunguti buah-buah eksotis yang berjatuhan dari aneka pepohonan langka yang sengaja ditanam di kampus nan luas dan asri itu, aku menuntaskan acara "safari menenangkan  batin pagi hari"-ku dengan  mengambil air wudhu di areal wudhu masjid yang luas dan bersih itu. Lalu aku pun melayari keheningan pagi dengan bersujud di lantai atas masjid kampus yang hening dan syahdu itu.
Foto Koleksi Pribadi Titi Alfa Khairia
Berbait-bait do'a kupanjatkan memohon ampunan atas segala khilaf dan salah, meminta kekuatan menjalani hari agar senantiasa dalam tuntunanNya, serta melinangkan derai air  mata bila kusadari ada banyak hal yang luput dari pencapaianku.

"Ya Allah kusaksikan banyak manusia  begitu pandai mengisi hari dan hidupnya dengan padatnya amal shalih, sementara diriku hanya mampu menjadi penonton saja.".

"Ya Rabb, kujanjikan diriku senantiasa berjalan di jalanMU, sementara setiap detik nafsuku siap mengingkarinya".

"Bila tiada kasih sayang dan ampunanMU, niscaya aku hanyalah makhluk yang paling merugi"

Usai  mengadu dan melinangkan berpuluh genangan air mata, barulah hati ini merasa tenang dan batin menjadi lega.


Kulangkahkan kakiku keluar dari masjid indah nan bersih dan luas dikelilingi pepohonan rindang dan asri itu. Siapapun pasti betah berlama-lama duduk di sana. Shalat, berdzikir, berdo'a dan  membaca Quran.

Sering pula kusaksikan para mahasiswi di satu sisi dan para mahasiswa di sisi lain asyik berdiskusi dalam kelompok-kelompok masing-masing. Atau  beberapa nampak sedang membentuk halaqah. Mengkaji Quran dan Hadist dalam kelompok kecil. Mengingatkaku kembali akan masa-masa mahasiswa yang sangat indah.

Di malam-malam bulan Ramadhan, aku mendapatkan semangat menjalani tarawih berjamaah di masjid yang dikelola dengan baik oleh mahasiswa dan para dosen itu. Imam shalat Isya dan tarawihnya selalu membaca surah-surah dengan suara merdu, tausyiahnya selalu pas dan up to date. Tidak terlalu cepat, tidak terlalu panjang. Konten yang diusung selalu berbobot dan pas dengan kondisi terkini, membuatku makin mem-favoritkan masjid yang satu ini.


Ah,  aku tak akan bisa jauh dari tempat indah yang memberiku ketenangan ini. Hari-hariku makin indah dan bermakna, manakala aku mentautkan hatiku pada tempat suci yang indah dan tenang ini. Di masjid inilah hatiku terkait. Meski bukan aku yang membangunnya, namun aku turut merasa memiliki, masjid Manarul Ilmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.


Keterangan : Foto  diatas dikutkan dalam

Lomba Foto Blog The Ordinary Trainer Writers

Sabtu, 12 April 2014

Cinta Melintas Batas


Seringkali kita mendengar bahwa cinta itu tumbuh melalui kedekatan. Seringnya bertemu dan banyaknya kesamaan minat dan aktifitas mungkin menjadi alasan tumbuhnya cinta.

Tapi di era global seperti saat ini, yang dinamakan kedekatan bukan lagi mengacu pada jarak fisik. Ia lebih mengarah pada kedekatan emosional. Tak peduli lautan dan benua yang memisahkan, cinta bisa tumbuh selayak suburnya daun-daun Mapel selama musim semi. (Dih... emang pernah lihat? engga  :P hihihi).

Itulah Cinta, sesuatu yang absurd, sulit ditebak. Tak bisa diraba, tapi indah untuk dirasa. Dan bila cinta telah datang, ia bagai tamu tak diundang. Masuk tanpa permisi, mengetuk-ngetuk pintu hati.

Cinta yang terindah adalah cinta dalam dekapan ukhuwah. Cinta yang tumbuh karena kesamaan cinta kepadaNYA.


Cinta seperti itulah yang sering saya temukan dari teman-teman dan saudara-saudara saya tercinta. Kami belum pernah bertemu secara fisik, namun begitu kami berbicara, seolah ada magnet kuat yang mengikat rasa.

Cinta seperti itu pula yang tiba-tiba menyeruak antara saya dan sahabat saya nun jauh di benua biru.Raidah Athirah. Muslimah Indonesia yang mengikuti takdirnya hidup jauh dari Pertiwi tercinta. Seperti cinta pada sahabat-sahabat terkasih saya lainnya, Ia indah mengikatkan hati saya.

Bertemu hanya lewat media sosial, berbincang beberapa kali dan merasa klik, maka kamipun bak dua saudara lama. Dan demi bukti cintanya, ia mengirimkan saya hadiah. Jauh-jauh dari Hausegand, Norwegia. Sebuah buku cantik yang pasti meninggalkan jejak yang abadi.

Saya hanya bisa membalas kebaikannya dengan puisi indah untuknya, sahabatku  Raidah Athirah :


Dan  bunga-bunga bermekaran indah.
Di taman hati berhias kupu-kupu cantik.
Kecantikannya  membangkitkan kembali
nyawa jiwa yang hampir mati
tergerus kerasnya ujian kehidupan

Dalam dekapan ukhuwah
Cinta tumbuh tanpa meminta balas
Tulusnya menguatkan asa
Akan janji hari-hari indah
Dalam naungan CintaNYA

Wangi cinta semerbakkan ruang jiwa
yang hampir hampa karena putus asa
Meniti gelap terang hari-hari di dunia
Berharap akan terus terbawa
Hingga kita bersama bertemu dalam  surgaNYA


@Raidah Athirah : Kita terikat tali yang kokoh
                               Tali itu bernama Ukhuwah